Kamis, 21 Februari 2013

HUKUM OHM


Hukum Ohm merupakan dasar terpenting dalam teori dan rangkaian elektronika. Hukum ini ditemukan atau dicetuskan oleh George Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.

Secara umum hukum ohm dinyatakan sebagai  besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Atau sering juga dinyatakan besarnya tegangan pada sebuah Resistor/penghantar adalah hasil kali nilai resistansi dari resistor tersebut dengan arus yang mengalir melalui resistor tersebut.
Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.[1] Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah

Hukum ohm dinyatakan dalam persamaan

V   =   I .   R

V  =  Besarnya tegangan listrik pada resistor (dengan satuan Volt = V)
I   =  Besarnya Arus listrik yang mengalir pada resistor (dengan satuan Ampere = A)
R  =  Besarnya nilai Resistansi dari penghantar/resistor (dengan satuan Ohm = Ω )



Latihan 1
Pada gambar di atas Sebuah sumber tegangan sebesar 12 Volt di hubungkan ke sebuah resistor dengan nilai 24 ohm.
Berapa besarnya arus yang mengalir melalui resistor tersebut ?
Jawab : 
V = 12 V
R = 24 Ω
I = ?


V   =   I  .  R
12 V  =  I   .   24 Ω
I = 0,5 Ampere

Latihan 2
Pada gambar diatas Sebuah resistor 10 Ω di aliri arus lisrik sebesar 2 A. Berapa besarnya tegangan sumber listrik pada gambar tersebut?

Jawab
V = ?
I  = 2 A
R = 10 Ω

V   =   I  .  R
V  =  2 A   .   10 Ω
V = 20 Volt




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ucx','_assdop');